Kedelai Lagi Gaib di RI, Ternyata Begini Nasibnya Tahun 2024

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasokan kedelai di pasar internasional diprediksi masih akan terbatas tahun 2024 nanti. Meski ada ekspektasi peningkatan produksi dibandingkan tahun 2023.

Laporan terbaru Departemen Pertanian AS (USDA) dalam The World Agricultural Supply and Demand Estimates (WASDE) menyebutkan, stok kedelai awal tahun 2024 di pasar global memang lebih tinggi 2 juta ton menjadi 160 juta ton

USDA menaikkan prediksi produksi kedelai global tahun 2023 sebesar 0,06% menjadi 4,12 juta bushel (gantang). Produktivitas tanaman kedelai diperkirakan mencapai 49,9 gantang per hektare (ha), naik dari setahun sebelumnya.

Di sisi lain USDA menyoroti produksi kedelai Brasil tahun 2023 yang diprediksi naik 2 juta ton menjadi 160 juta ton. Diikuti kenaikan konsumsi lebih tinggi dari perkiraan. Danersamaan, impor kedelai oleh China diprediksi juga naik 2 juta ton menjadi 102 juta ton. Akibat lonjakan impor China itu, stok akhir kedelai di pasar global semakin berkurang.

“Ketatnya pasokan kedelai masih akan berlanjut. Dengan rasio stok akhir yang bisa tersedia di bawah 6%. Dan dengan banyaknya permintaan dalam negeri akan bahan bakar diesel terbarukan, jika bisnis ekspor mulai meningkat lagi, maka akan semakin memangkas stok,” papar Direktur Eksekutif dan Pemilik Global Risk Management Brian Harris seperti dilansir World Grain.

“Saya kita tidak akan mencapai 245 juta, mungkin hanya akan mendekati 210 juta (stok kedelai global akhir 2023),” ujarnya dikutip Kamis, 28/12/2023).

Di sisi lain, ekspor kedelai atau pasokan kedelai ke pasar internasional diprediksi meningkat. Di mana Brasil dikabarkan berencana memacu ekspornya sejalan dengan produksi kedelai tahun 2022-2023 yang mencapai rekor menjadi 158 juta ton.

Namun untuk tahun 2023-2024, produksi kedelai Brasil dikabarkan hanya mencapai 150 juta.

Permintaan minyak kedelai dunia diprediksi meningkat seiring dengan kebutuhan di sektor diesel terbarukan.

“Jika bisa mendapatkan angka di bawah 50¢ per pon, maka saya pikir itu akan menguntungkan karena pada akhir musim semi dan musim panas tahun 2024 kita akan kembali ke masa yang sangat bergejolak,” ujar Harris.

“Saya tidak mengatakan harga pasar akan kembali naik hingga 70¢ per pon, namun 50¢ per pon tentu saja terlalu murah,” tukasnya.

Bagaimana di Indonesia?

Seperti diketahui, Indonesia masih mengandalkan pasokan kedelai impor lebih dari 80%. Karena itu, fluktuasi produksi dan harga di luar negeri atau di negara pemasok dunia akan berdampak langsung ke Indonesia.

Mengutip paparan Deputi bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa pada saat National Sugar Summit ID Food Holding yang digelar pada 13 Desember 2023 lalu di Jakarta, stok kedelai nasional akhir tahun 2023 diprediksi mencapai 237.084 ton. Stok itu memiliki ketahanan 34 hari di awal tahun 2024 nanti.

Dalam neraca pangan nasional yang diupdate per 24 November 2023 itu tercatat, kebutuhan kedelai nasional sepanjang tahun mencapai 2.591.617 ton atuau 215.968 ton per bulan.

Bapanas memproyeksikan ada ketersediaan sebanyak 2.828.701 ton untuk tahun 2023 ini. Dengan ekspektasi pasokan impor lebih 2,3 juta ton dan produksi dalam negeri 346.821 ton. Artinya produksi lokal hanya mampu memasok sekitar 15% kebutuhan kedelai di dalam negeri, sisanya sekitar 85% harus dipasok impor.

Hanya saja, proyeksi Bapanas tersebut berbeda dengan estimasi Ketua Umum Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (Gapkoptindo) Aip Syarifuddin.

Menurut Aip, kebutuhan kedelai nasional setahun mencapai 3 juta ton atau 250 ribu ton per bulan.

“Itu untuk kebutuhan perajin tempe dan tahu ya. Sekitar 60%-nya itu di pulau Jawa, sisanya di luar Jawa,” katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/12/2023).

Karena itu, ujarnya, pemerintah harus bertanggung jawab menyediakan cadangan pangan termasuk kedelai di dalam negeri. Hal itu, imbuh dia, sesuai dengan perintah Undang-Undang (UU) No 18/2012 tentang Pangan.

“Idealnya pemerintah harus punya stok untuk kebutuhan 3 bulan karena perjalanan dari Amerika ke sini itu sekitar 47 hari paling cepat,” tukasnya.

Aip mengungkapkan, saat ini perajin tahu dan tempe di Tanah Air malah mengalami kelangkaan kedelai. Jika mengajukan pembelian ke importir sebanyak 50 kg misalnya, hanya dipenuhi 50-70%.

“Sekitar 30.000-an perajin sudah setop produksi. Di 6 wilayah sudah ada yang lapor tidak ada produksi. Teman-teman sudah meminta agar demo cuma saya minta jangan karena ini masa kampanye. Tapi kami mendesak pemerintah segera mengatasi masalah ini,” pungkas Aip. https://tipatkaiganteng.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*